Jakarta –
Setiap 10 Muharam, yang tahun ini bertepatan Di 6 Juli 2025, warga Kota Pariaman, Sumatera Barat Mengadakan Pesona Hoyak Tabuik Piaman.
Di balik dentuman tambur dan riuh rendah keramaian, terdapat belasan pasang tangan terampil merakit kayu, bambu, rotan, dan pernak-pernik menjadi ornamen setinggi belasan meter.
Tabuik adalah Kearifan Lokal Kearifan Lokal Dunia dan keagamaan yang berasal Didalam Kota Pariaman, Sumatera Barat. Kearifan Lokal ini dilaksanakan Dari Komunitas setempat setiap 10 Muharam Sebagai memperingati Hari Asyura, yaitu hari wafatnya Imam Husain Bin Ali, cucu Nabi Muhammad SAW, Untuk Pertempuran Karbala.
Ornamen itu dibangun menyerupai burak. Burak diyakini umat muslim sebagai kendaraan Nabi Muhammad SAW Di Isra Miraj. Makhluk ini juga dipercaya membawa jasad cucu orang yang paling dimuliakan Untuk islam yakni Husain Bin Ali yang mati dipenggal Di Karbala Dari tentara Yazid Bin Muawiyah.
Lantaran dikisahkan membawa jenazah cucu kesayangan Nabi, maka Di atas makhluk bersayap dan berkepala manusia itu terdapat wadah yang difungsikan sebagai keranda.
Siang dan malam Didalam cekatan para pembuat Tabuik menyelesaikan setiap tahapan agar tabuik Didalam berat ratusan kilogram itu dapat selesai Sebelumnya 10 Muharam. Mereka membuat berbagai komponen mulai Didalam rangka, badan burak, sayap, ekor, keranda, payung hingga hiasan dan pernik yang tidak saja Sebagai keindahan Akan Tetapi Memperoleh makna dan filosofi tersendiri.
Proses pembuatan yang panjang dan detail itu cerminan Didalam penghormatan dan kecintaan Komunitas Pada Kearifan Lokal yang berkembang Di Area itu semenjak abad Di-19 Masehi.
Ornamen yang merupakan representasi simbolik Didalam kendaraan burung dan keranda cucu Nabi Muhammad SAW itu dibuat tidak saja satu, Akan Tetapi dua. Masing-masing dibuat Dari kelompok berbeda yaitu Tabuik Pasa dan Tabuik Subarang.
Keduanya saling menampilkan karya terbaik Di puncak kegiatan yakni Di prosesi Hoyak Tabuik, dan tabuik dilarung Di laut Di 10 Muharam.
Salah seorang perajin Tabuik Subarang, Ade Ratman (43), mengatakan dirinya sudah enam tahun membuat ornamen yang diangkat dan dihoyak (digoyang-goyang) Dari puluhan orang itu. Ilmu itu didapatkannya Didalam mengikuti orang-orang Di kelompoknya Di membuat tabuik.
Menurut pemuda yang berprofesi sebagai perajin dan penjual suvenir tabuik itu, kesulitan Untuk menyelesaikan ornamen tersebut yaitu Di membentuk burak. Hal tersebut Lantaran tidak ada cetakan dan standar ukuran sedangkan badan makhluk itu direpresentasikan berlekuk.
Akan Tetapi, kesulitan itu merupakan tantangan tersendiri Lantaran Pada tersebutlah yang paling digemari Dari ribuan pasang mata. Sebab, orang ingin melihat representasi Didalam burung yang ditunggangi Nabi Muhammad SAW.
Kearifan Lokal Tabuik Pariaman Foto: Di FOTO/Iggoy el Fitra
|
Tidak hanya prosesi pelarungan tabuik, proses pembuatannya juga digemari Dari wisatawan. Biasanya tempat pembuatan tabuik Akansegera banyak dikunjungi wisatawan Di malam hari.
Salah seorang wisatawan asal Padang Pariaman Muhammad Ari mengatakan dirinya sengaja membawa kedua anak dan istrinya Di lokasi pembuatan tabuik Sebagai mengenalkan bagaimana ornamen itu dibuat.
Ornamen yang kerap mereka lihat ketika melintasi salah satu persimpangan Di Pariaman, Simpang Tabuik. Di persimpangan itu dibangun Tugu Tabuik Didalam dihiasi lampu Supaya memancarkan cahaya Di malam.
Melihat proses pembuatan tabuik tersebut juga dapat menjawab rasa penasaran Ari dan keluarga bagaimana ornamen yang Memikat ribuan wisatawan hingga rela berdesakan hanya Sebagai Merasakan tabuik dihoyak dan dilarung Di laut itu dibuat.
Proses pembuatan ini juga ditawarkan Dari Pemerintah Kota Pariaman kepada wisatawan. Justru Sebagai Memikat minat wisatawan Merasakan kegiatan yang menguras energi, komunitas Di Area itu pernah Mengadakan kegiatan hiburan tradisional.
Di Di Itu, Pemerintah Kota Pariaman juga meminta pengelola penginapan Sebagai menjaga kesiapan kamar Pada proses pembuatan tabuik hingga dibuang Di laut.
Tidak heran Di lokasi pembuatannya, yaitu Di Tempattinggal tabuik, terdapat sejumlah pedagang kaki lima yang memanfaatkan momen tersebut Sebagai mengais rezeki. Konsumsi dan minuman yang dijual tidak saja yang bersifat tradisional khas Area Akan Tetapi juga Konsumsi Terkini.
Prosesi Hoyak Tabuik serta pembuangan Tabuik Di laut juga membutuhkan puluhan orang yang bekerja sama Didalam kompak. Sebab, Didalam kekompakan itulah ornamen seberat 300 kilogram itu dapat diangkat dan dihoyak Supaya memukau ribuan wisatawan yang Merasakan agenda tahunan Di Area itu.
Pemerintah Kota Pariaman bersama Komunitas menjadwalkan pelaksanaan Pesona Hoyak Tabuik Piaman Di tahun ini dimulai Sebelum 27 Juni hingga 6 Juli 2025. Menurut Wali Kota Pariaman Yota Balad, tabuik bukan hanya sekadar tontonan belaka. Lebih Didalam itu, tabuik merupakan warisan Kearifan Lokal Dunia turun temurun yang sudah berusia ratusan tahun dan harus terus dilestarikan.
“Jangan hubung-hubungkan tabuik Didalam agama. Ini adalah Kearifan Lokal,” ujarnya seperti dilansir Didalam Di.
Artikel ini disadur –> Detik.com Indonesia Berita News: Kearifan Lokal yang Pikat Ribuan Wisatawan