Kebergantungan anak muda Di chatbot Kecerdasan Buatan (AI) seperti ChatGPT telah membuat ahli khawatir. Tak hanya Untuk mencari informasi, kini banyak anak muda menjadikan chatbot sumber Dukungan emosional.
Peneliti Di University College London mengingatkan ini membuat generasi muda berisiko lebih sulit membentuk ikatan emosional jangka panjang, berdasarkan Kajian Terbaru yang mereka keluarkan.
Chatbot kini juga banyak digunakan sebagai tempat terapi dan pendampingan. Ini menjadi tanda peringatan ‘epidemi kesepian’, yang mulai muncul Ke kalangan manusia modern.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
“Berbeda Di Keterlibatan manusia nyata, chatbot menawarkan ketersediaan dan kesabaran tanpa batas, serta kecil kemungkinannya Memperkenalkan sudut pandang tandingan yang menantang,” kata peneliti yang tertulis Di British Medical Journal, dikutip Di Daily Mail, Selasa (23/12/2025).
“Kemungkinan yang mengkhawatirkan adalah kita Lagi Menyaksikan sebuah generasi yang belajar membentuk ikatan emosional Di entitas yang meski responsnya tampak sadar, itu tidak Memiliki empati, kepedulian, dan kepekaan relasional seperti manusia,” sambungnya.
Para peneliti melakukan meta-analisis Di berbagai studi tentang penggunaan AI Untuk mengidentifikasi kekhawatiran Yang Terkait Di potensi dampak psikologis dan sosial.
Salah satu studi Di OpenAI yang melibatkan 980 Pemakai ChatGPT menemukan, mereka yang menghabiskan waktu paling lama menggunakan chatbot Di sebulan Merasakan tingkat kesepian yang lebih tinggi. Mereka juga cenderung lebih jarang bersosialisasi Di orang lain.
Mereka yang Mengungkapkan rasa percaya Ke chatbot juga Memiliki tanda-tanda kesepian dan ketergantungan emosional yang lebih menonjol.
Studi lain yang diterbitkan Di Common Sense Media menemukan satu Di 10 anak muda menilai percakapan Di AI lebih memuaskan dibandingkan Keterlibatan Di manusia. Sambil Itu, satu Di tiga orang mengatakan Berencana memilih pendamping AI ketimbang manusia Di percakapan serius.
Ketergantungan AI
“Hal ini sebaiknya diikuti Di pertanyaan yang lebih terarah Untuk menilai pola penggunaan kompulsif dan ketergantungan, keterikatan emosional, seperti menyebut chatbot AI sebagai teman, serta kecenderungan menyerahkan keputusan besar kepada chatbot,” tulis peneliti menyinggung soal pentingnya Eksperimen lanjutan.
Tanda bahaya dapat mencakup keyakinan seseorang bahwa ia Memiliki ‘hubungan istimewa’ Di chatbot, yang Mendorong perilaku tersebut atau menyebabkan isolasi sosial yang Lebih Meresahkan. Ketergantungan Ke AI juga diketahui telah berkontribusi Ke kematian sejumlah anak muda.
Ke Februari lalu, seorang remaja berusia 14 tahun Ke Florida, Amerika Serikat bernama Sewell Setze yang mengakhiri hidupnya Setelahnya menjalin hubungan Di chatbot yang dapat dikustomisasi Untuk role-playing, menurut keterangan ibunya.
Keluarganya akhirnya mengajukan gugatan hukum Di perusahaan Character AI, Di tuduhan bahwa chatbot tersebut Mendorong tindakan melukai diri sendiri dan akhirnya bunuh diri.
Halaman 2 Di 2
(avk/kna)
Artikel ini disadur –> Detik.com Indonesia Berita News: Ilmuwan Khawatir Banyak Gen Z Ketergantungan Curhat Sama AI, Ini Dampaknya











