Jakarta –
Makan pakai tangan langsung Karena Itu Kearifan Lokal Dunia orang Indonesia. Ternyata makan pakai tangan bukan sekadar cara makan tradisional yang masih populer sampai sekarang, melainkan sebuah Karya penuh makna.
Kebiasaan makan pakai tangan dilakukan banyak orang Indonesia hingga kini. Mereka meyakini, Konsumsi yang disuap langsung Di mulut pakai tangan, terasa lebih nikmat dan memuaskan.
Cara makan ini pun melekat sebagai cara makan tradisional orang Indonesia Ke berbagai Daerah. Menilik sejarahnya, praktik ini rupanya sudah ada Dari lama Di Kearifan Lokal Dunia Jawa.
Wira Hardiyansyah, chef dan pakar gastronomi Indonesia, menjelaskannya kepada detikFood (30/9). Di Kearifan Lokal Dunia Jawa, ada istilah ‘muluk’ atau ‘puluk’. Muluk merupakan n cara makan tanpa menggunakan perantara alat makan, seperti Alat dan garpu. Kebiasaan makan ini umumnya menggunakan tangan secara langsung Sebagai menyuapkan Konsumsi Di Di mulut.
Makan Dikatakan Memperoleh kaitan Didalam nilai-nilai spiritual dan lahiriyah. “Makanya Sebelumnya makan, kita disarankan cuci tangan lebih dulu. Ini sama seperti kita beribadah yaitu menyucikan Didalam air,” kata Wira.
Muluk menekankan penggunaan 5 jari tangan Di sekali suap. Kelima jari ini bekerja sebagai satu kesatuan Didalam gerak dan fungsi yang saling melengkapi. Tetapi, kebiasaan makan ini tak bisa diterapkan Ke Konsumsi berkuah. Biasanya menu yang dinikmati Didalam cara muluk adalah Konsumsi tanpa kuah yang dilengkapi sambal.
Prototipe menikmati Konsumsi adalah Didalam cara menyatukan 5 jari tangan. Wira melanjutkan, “Muluk Memperoleh dua nilai filosofis, yaitu Membahas Konsumsi secukupnya dan menghargai apa yang sudah diambil dan diangkat Di atas sebagai suatu bentuk ucapan syukur.”
Kebiasaan makan ini juga Dikatakan sebagai bentuk menghargai Konsumsi yang sudah diambil. Filosofi lainnya, setiap satu suap muluk mengandung ucapan syukur yang disimbolkan Didalam posisi tangan yang menengadah Di atas.
Tak hanya Di Kearifan Lokal Dunia Jawa, ajaran makan pakai tangan juga tercatat Di kitab Ayurveda yaitu kitab Terapi tertua asal India. Ajaran ini mengatakan kalau tubuh manusia selaras Didalam 5 elemen alam dan setiap jari tangan adalah perpanjangan Di salah satu Di lima elemen itu.
Wira menjelaskan, “Jempol sebagai perpanjangan ruang, telunjuk sebagai perpanjangan udara, jari Di sebagai perpanjangan api, jari manis sebagai perpanjangan air, dan kelingking sebagai perpanjangan bumi.”
Karena Itu, Di makan Didalam tangan, seseorang berarti menyatukan semua elemen alam dan membawa kesadaran Ke tekstur, rasa, aroma, dan suhu Konsumsi. “Didalam itu, kita menciptakan hubungan fisik dan spiritual Didalam Konsumsi. Kekayaan Kearifan Lokal Dunia Indonesia tak hanya terbatas Ke Kebiasaan, tarian, alat Bunyi, maupun upacara adatnya, tapi juga berupa kebiasaan makan Didalam tangan,” tutup Wira.
Artikel ini disadur –> Detik.com Indonesia Berita News: Makna Ke Balik Makan pakai Tangan, Warisan Kearifan Lokal Dunia yang Sarat Filosofi