Jakarta –
Sejarah mencatat beberapa tempat Hingga Jakarta menjadi pusat perjudian, termasuk Pada dipimpin Gubernur Ali Sadikin. Perjudian dilegalkan, keuntungannya Sebagai membiayai pembangunan Jakarta.
Pemerhati sejarah Asep Kambali mengatakan Keputusan yang diambil Dari Ali Sadikin, yang memimpin Jakarta Di 1966 hingga 1977, tersebut merupakan upaya Sebagai Memperbaiki pendapatan Area. Pada Ali Sadikin didapuk sebagai orang nomor satu Hingga Jakarta, APBD yang dimiliki Dari Jakarta hanya Di Rp 66 juta Kurs Matauang Nasional.
Langkah itu diambil bukan tanpa alasan. Keputusan itu didasari banyaknya praktik perjudian dan prostitusi yang terjadi Hingga Area Jakarta. Nah, lokalisasi itu Sebagai menjaga Komunitas umum agar tidak terpapar Karya judi Hingga tempat terbuka. Hingga Di Itu, Bersama adanya tempat-tempat judi legal seperti ini, pemerintah dapat menjaga retribusi kota Jakarta Lewat Ppn perjudian.
“Mengetahui bahwa Kemakmuran Jakarta Pada itu butuh banyak pembangunan, butuh banyak perbaikan Hingga sana-sini. Agar, memang terobosan yang Pada itu Bisa Jadi Disorot Memiliki efek yang signifikan artinya bisa diandalkan secara waktu dan secara guna,” kata Asep Pada dihubungi detikTravel, Selasa (9/7/2024).
“Dari Sebab Itu tepat waktu, tepat guna, dan artinya lebih mudah dan Kemakmuran Pada itu orang lebih banyak bermain kucing-kucingan Bersama pemerintah, Bersama aparat Dari Sebab Itu lebih baik dua hal, prostitusi dan perjudian itu akhirnya Hingga lokalisir ditempatkan Hingga Di satu tempat khusus yang itu Setelahnya Itu dikelola secara resmi dan akhirnya menjadi sumber pemasukan yang kita sebut hari ini istilahnya Bisa Jadi pendapatan asli Area atau PAD,” Asep menambahkan.
Asep juga menyebut Keputusan yang sarat Perdebatan itu terbukti menghasilkan pemasukan ‘instan’ Untuk Jakarta. Uang Ppn perjudian dan prostitusi itu Di hasil tersebut digunakan Sebagai membiayai pembangunan infrastruktur Jakarta.
“Di judi dan prostitusi itu terbukti Setelahnya Itu menghasilkan pembangunan berbagai infrastruktur, misalnya Jalan Pramuka, Jalan Pemuda. Itu adalah salah satu contoh hasil Di pembangunan yang uangnya Di judi dan prostitusi itu. Dari Sebab Itu, memang judi dan prostitusi ini tidak bisa dipisahkan Lantaran dua-duanya berkaitan,” dia menjelaskan.
Di berbagai informasi, Kota Jakarta tempo dulu Pada dipimpin Ali Sadikin, Memiliki beberapa sentra judi yang Dari Sebab Itu mesin uang ibu kota, seperti Hingga Pecinan Pancoran-Glodok, Gedung Sarinah lantai 13, Djakarta Theater, Copacabana dan Hailai Hingga Ancol. Bangunan-bangunan tersebut kini sudah beralih fungsi Lantaran Setelahnya Ali Sadikin lengser Keputusan itu juga dihentikan.
Mulai Di Pecinan Glodok
Tempat judi yang pertama kali dilegalkan Dari Ali Sadikin adalah Hingga Pecinan Glodok. Kawasan itu sudah menjadi pusat perekonomian Jakarta Sebelum zaman Belanda.
Salah satu alasan menempatkan pusat judi Hingga area itu Lantaran Keputusan kontroversial melegalkan perjudian itu dilaksanakan Bersama aturan yang ketat.
Ya, Di Surat Keputusan Gubernur KDKI Jakarta No. 805/A/k/BKD/1967 yang diterbitkan Di tanggal 21 September 1967 disebutkan salah satu poinnya membentuk Regu pengawas lokalisasi perjudian itu. Tugas-tugas Regu pengawasan itu melingkupi Pra-Penanganan Di segala bentuk penyalahgunaan Keputusan lokalisasi perjudian, melindungi Komunitas Di akibat-akibat negatif, serta Melakukan seleksi Di para pengunjung.
Asep mengatakan Pecinan menjadi sentra kawasan perjudian bukan dimunculkan Di era kepemimpinan Ali Sadikin. Tetapi, area itu sudah sohor sebagai lokalisasi Sebelum zaman Belanda. Malahan, dijuluki Las Vegas-nya Batavia.
“Dari Sebab Itu Pecinan itu mencakup Glodok, Mangga Besar, dan sekitarnya itu adalah kawasan yang dikenal Sebelum zaman penjajahan Belanda dan kawasan itu memang menjadi kawasan yang misalnya kita ada dulu ada namanya Jilakeng itu Hingga Di Asemka-Glodok gitu ya itu Hingga Kali Krukut kalau tidak salah. Jilakeng itu adalah Las Vegas-nya Batavia Hingga zaman itu. Dari Sebab Itu, memang Pada Keputusan itu Dari Ali Sadikin dilakukan memang mau tidak mau suka-tidak suka ya lokasinya Hingga sana,” kata Asep.
Ia pun menambahkan selain Area tersebut, kawasan Kota Tua juga menjadi satu Di beberapa Area yang Memiliki tempat perjudian dan prostitusi kala itu. Di hasil identifikasinya, Hingga Kota Tua banyak tersimpan bangunan-bangunan tua juga kosong peninggalan Belanda dan ternyata Hingga Di bangunan kosong itu juga banyak terdapat Karya perjudian.
“Malahan sampai Kota Tua. Ya, Dari Sebab Itu Hingga Kota Tua itu banyak gedung-gedung Belanda yang Disorot kosong padahal itu menjadi tempat bola tangkas, judi, dan lain sebagainya berbagai jenis kejadian terjadi Hingga sana,” ujar Asep.
Asep juga menyebut salah satu bangunan Hingga Kota Tua yang dulu pernah dijadikan pusat permainan judi. Itu berdasarkan hasil wawancara Bersama warga Hingga Di Di bangunan tersebut.
“Saya kira Toko Merah salah satunya Dari Sebab Itu itu menyebar dan tidak ada yang tahu pasti kecuali mereka yang pernah berjudi Hingga masa itu. Dari Sebab Itu saya sendiri tahu Lantaran Di warga lokal, Setelahnya Itu pemulung yang bekerja atau yang menginap Hingga gedung-gedung terbengkalai itu, gedung tua itu, dan warga lokal,” ujar dia.
Memang kala judi dilegalkan Dari Ali Sadikin tempatnya tak boleh terang-terangan Melakukan Karya tersebut, seperti Hingga kawasan Glodok. Menurut beberapa warga Hingga sana terdapat beberapa titik yang pernah dijadikan tempat Sebagai berjudi, mulai Di bangunan Hingga Di gang hingga kini menjadi ikon kawasan tersebut.
“Menyebar Dari Sebab Itu mereka kan terselubung Walaupun dilegalkan Hingga masa itu, kebanyakan mereka berkamuflase sebagai restoran, sebagai hotel, dan itu menyatu Dari Sebab Itu hotel, restoran, tempat, judi, dan prostitusi itu Hingga situ Di satu tempat,” kata dia.
Artikel ini disadur –> Detik.com Indonesia Berita News: Pernah Ada Tempat Judi Legal Hingga Jakarta