Bengkulu –
Ke Bengkulu, ada destinasi wisata alam Di nama yang indah, yaitu Danau Dendam Tak Sudah. Ke balik nama itu, ada kisah legenda yang menyelimutinya.
Danau Dendam Tak Sudah adalah salah satu danau Ke Bengkulu yang banyak dikunjungi Dari wisatawan. Danau ini Memiliki legenda yang melatarbelakangi namanya.
Lokasi Danau Dendam Tak Sudah
Dilansir Di laman Pemerintah Kota Bengkulu, Danau Dendam Tak Sudah berlokasi Ke Kelurahan Dusun Besar, Kecamatan Singaran Pati, Kota Bengkulu. Danau ini Memiliki luas keseluruhan 557 hektar dan luas permukaan 67 hektar.
Danau Dendam Tak Sudah diperkirakan terbentuk Di Karya gunung berapi Ke Daerah tersebut. Danau ini telah ditetapkan sebagai cagar alam Dari Pemerintah Hindia Belanda.
Ada beberapa versi mengenai kisah legenda Danau Dendam Tak Sudah. Berikut beberapa versi legenda tentang danau tersebut:
1. Kisah Legenda Danau Dendam Tak Sudah Versi Pertama
Di artikel berjudul Revitalisasi Legenda Danau Dendam Tak Sudah Melewati Komik, diketahui bahwa legenda danau ini berkaitan Di dua kerajaan yang dulu berada Ke Daerah Bengkulu.
Dua kerajaan itu adalah Kerajaan Sungai Itam dan Kerajaan Jenggalu yang berkuasa Ke Daerah bernama Muara Bangkahulu.
Di Pada itu, Raja Kerajaan Jenggalu Rangga Janu berkeinginan Untuk menguasai Kerajaan Sungai Itam. Hal ini membuat kedua kerajaan tersebut bertikai satu sama lain.
Kerajaan Sungai Itam sendiri dipimpin Dari Raja Senge. Kerajaan ini dikenal Memiliki Daerah yang makmur dan subur, serta menjadi Daerah Di perkebunan lada terbesar.
Raja Senge Memiliki empat anak, yakni Pangeran Bungin dan Bingin, serta Puteri Jenti dan Suderati. Keempat anak ini Memiliki pribadi yang rendah hati, layaknya Raja Sange dan istrinya yang sangat baik.
Di suatu hari, Putri Jeni dan Puteri Suderawati menaiki sebuah rakit Untuk mengitari sungai yang ada Ke Kerajaan Sungai Itam. Mereka pergi bersama para pengawal Di tujuan Untuk bermain.
Pada asyik menyusuri sungai, keduanya menemukan sebuah kampung Ke pinggiran danau yang belum pernah mereka kunjungi. Akan Tetapi, Lantaran hari sudah malam, para pengawal membawa keduanya kembali Ke istana.
Keesokan harinya, mereka berdua kembali Ke kampung tersebut dan bertemu pemuda yang Menyediakan perhatian lebih kepada Puteri Suderati. Pemuda tersebut bernama Jungku Mate.
Perasaan Jungku Mate tidak bertepuk sebelah tangan, Putri Suderati juga menaruh perasaan Di Jungku Mate. Singkat cerita, mereka menjalin hubungan tanpa diketahui siapapun, kecuali Puteri Jenti.
Akan Tetapi suatu hari pertemuan mereka diketahui warga kampung. Melihat hal itu mereka melaporkan pertemuan keduanya kepada pihak istana.
Pada itu Raja Senge terkejut dan merasa khawatir kalau anggota kerjaan Berencana murka Di Puteri Suderati. Menjalin hubungan Di rakyat biasa berarti melanggar peraturan istana.
Raja Jangga Janu yang mendengar hal itu menawarkan Kedamaian Di Kerajaan Sungai Itam. Akan Tetapi, ia Menyediakan syarat yaitu Raja Senge menikahkan putrinya Di anaknya.
Raja Senge akhirnya menyetujui hal tersebut agar kedua kerajaan tidak lagi berselisih. Sang raja menikahkan Putri Suderati Untuk menebus Kesalahan Individu yang dilakukan Sebelumnya.
Putri Suderati menolak perjodohan itu, tetapi akhirnya ia tetap dinikahkan Di putra mahkota Kerajaan Jenggalu, yaitu Pangeran Natadirja. Jungku Mate juga merasa putus asa dan merasa dikhianati.
Kendati ia merasakan dendam, tapi Jungku Mate memilih Untuk mengakhiri hidupnya Ke danau yang ada Ke kampungnya. Danau tersebut Setelahnya Itu diberi nama Danau Dendam Tak Sudah.
2. Legenda Dendam Danau Tak Sudah Versi Kedua
Legenda kedua tentang Danau Dendam Tak Sudah adalah tentang sepasang kekasih yang cintanya tidak direstui. Mereka yang Pada itu saling mencintai memutuskan loncat Ke danau.
Akan Tetapi ada versi lain juga yang mengatakan bahwa danau itu terbentuk Di air mata si perempuan yang ditinggal menikah Dari kekasihnya.
Sepasang kekasih ini adalah Esi yang dikenal sebagai bunga desa dan Buyung si perjaka tampan yang berani. Mereka dikisahkan Memiliki hubungan yang menyenangkan dan banyak membuat yang lain merasa iri.
Akan Tetapi sayang, hubungan mereka ternyata tidak direstui Dari orang tua Buyung. Esi yang mendengar hal tersebut merasa kecewa. Malahan Setelahnya bertemu Di Upik Leha, Buyung sang kekasih pun merasa goyah.
Esi yang merasa sedih Setelahnya Itu menangis hingga air matanya menjadi seperti air bah. Air itu Setelahnya Itu menenggelamkan Rumah-Rumah yang ada Ke kampung itu.
Danau itu Setelahnya Itu terbentuk dan dinamai sebagai Danau Dendam Tak Sudah.
3. Legenda Danau Dendam Tak Sudah Versi Belanda
Versi ini menceritakan tentang pembangunan dam atau bendungan Dari kolonial Belanda Di masa lampau. Berdasarkan sejarah, Bengkulu dahulu diduduki Dari Belanda dan membangun dam Ke lokasi danau Untuk antisipasi dan menampung Bencana Alam.
Akan Tetapi, pembangunan dam itu tidak selesai Lantaran penjajahan telah berakhir. Kelompok menamainya Di dam tak sudah Lantaran pembangunan dam yang belum selesai.
Seiring waktu, penamaan dan penyebutan ‘dam tak sudah’ juga Merasakan perubahan. Orang-orang Setelahnya Itu banyak menyebut danau ini menjadi Danau Dendam Tak Sudah.
——-
Artikel ini telah naik Ke detikSumbagsel.
Artikel ini disadur –> Detik.com Indonesia Berita News: Danau Dendam Tak Sudah dan Kisah Legenda Ke Baliknya